:)
Keesokan harinya aku masuk kelas dengan penampilanku yang sangat lugu, melihat isi kelas yang sangat banyak bocah ingusan yang cerdas, tetapi aku masih tetap di ejek oleh para bocah ingusan itu, aku selalu bersabar menahan emosiku untuk menghancurkan mereka semua seperti aku biasa menghancurkan satu kompi penjahat.
Lima belas menit aku baru duduk disekolah itu, tiba-tiba aku mendengar senjata api meledak. DOOR!!
“semuanya merunduk!!” dengan panik akupun langsung menerjang meja dan kursi didepanku karena aku sudah sering menghadapi musuh dengan perawalan menyerang memakai senjata api.
“HAAH!!” akupun terkejut sewaktu mengintip keluar dari jendela “apa apaan ini!! Cuma guru olahraga yang memegang senjata api untuk praktek lari! huhh aku kira..... HAAH!!”
Aku langsung terkejut melihat semua bocah ingusan didalam kelas yang panik dengan berlindung di belakang meja dan kursi ,hentakkan ku yang sangat menyeramkan dan mereka menatapku dengan penuh kekhawatiran.
“Maafkan aku kawan-kawan, aku sangat tidak sengaja dengan hal yang memalukan ini, maafkan aku kawan.” Dengan menundukkan kepala aku merasa sangat menyesal akan hal itu.
“hmm, Roni kau adalah siswa baru disini, baru beberapa menit saja kamu masuk ke sini sudah membuat ulah, membuat meja dan kursimu sendiri patah, saya sebagai wali kelasmu akan memberikan kamu hukuman!”
“maafkan aku pak, aku sangat tidak tahu kalau hal ini akan terjadi, aku kira hal ini memang benar-benar terjadi seperti mimpiku semalam.”
“hahahaha, kau kira kau seorang pahlawan apa hah!, padahal siswa baru, sudah membuat ulah saja kamu disini, orang secupu kamu nggak usah sok pahlawan lah disini.” semua siswa langsung mentertawai dan mengejek ku, akupun menahan emosi kepada semua bocah ingusan itu.
“berhenti semuanya, jangan menyalahkan dan mengejek Roni, mungkin saja apa yang dikatakan Roni itu benar, kita tidak tahu apa-apa tentang Roni, jadi jangan langsung mencaci maki Roni.” Teriak salah satu siswi yang membelaku.
“sudah semuanya diam dan kembali lagi belajar, untuk Roni bapak hukum untuk keliling lapangan sekarang.” Ujar bapak guru.
Akupun langsung menuruti apa kata guru, sudah 3 keliling saya tempuh, tiba tiba dari kejauhan ayah melihatku yang sedang dihukum, tetapi beliau mengira saya sedang berolahraga, jadi ayahpun langsung senyum dengan bangganya dan melanjutkan perjalanan pulang. Sudah 5 keliling ku tempuh, akupun langsung bersandar di pohon sambil minum, tiba-tiba siswi yang membelaku dikelas tadi datang menghampiriku.
“hai Roni, kau harus sabar ya dengan keadaan kelas yang sangat menjengkelkan.”
“siapa kau? dan kenapa kau berbicara dengan orang yang sangat bodoh ini, apa kau tidak merasa malu kalau kau punya teman seperti aku ini, sebaiknya kau menjauh saja dariku.” Pintaku dengan desahan nafas yang terbujur kaku karena baru sudah lari.
“hihihi, kau terlalu polos Roni, oh iya perkenalkan namaku Mura, jangan kau ejek ya namaku yang jelek itu, aku tahu kau pasti tidak akan mengejekku, karena kau sangat polos.” Ujar Mura yang melihatku dengan penuh kepedulian.
“oh.. hai Mura, aku rasa aku tidak perlu mengejekmu, karena kalau aku mengejekmu kau akan merasa sakit hati, aku tahu akan hal itu karena selama hidup ini aku selalu di caci maki oleh orang-orang terdekatku, seperti adikku sendiri dan teman serekanku sendiri kalau mereka langsung mengejekku, langsung saja aku hajar habis-habisan, karena aku adalah Maca..” dengan enaknya ngobrol sama Mura, aku hampir saja membuka identitas asliku.
“Hah, kau yang polos begini bisa sekejam itu, aku nggak percaya ah.” Potong Mura.
“huuhh, hampir saja, hehe.” dengan lega aku menghembuskan nafas.
“hampir saja apanya Roni, ada yang kau rahasiakan ya?” Tanya Mura dengan bingung.
“oh. ti.ti.tidak ada apa-apa Mura, oh iya, terimakasih kau telah peduli dengan aku, aku berjanji aku akan menjadi orang yang tidak bodoh lagi di dunia ini, terimakasih atas kepedulianmu kepadaku.” Ujarku dengan rasa senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar